Review Buku Psikologi Perkembangan Oleh Penney Upton
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
D
I
B
U
A
T
OLEH:
WIBER OFNI SOPYAN GEA (16100031)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
A. INFORMASI BUKU
Judul Asli Buku : (Psychology Express: Developmental Psychology)
Judul Buku : Psikologi Perkembangan
Nama Penulis : Penney Upton
Nama Penerjemah : Noermalasari Fajar Widuri
Penerbit : Erlangga
Diterbitkan : Februari 2012
Edisi/Cetakan : Pertama/Pertama
Halaman : XII, 314 hlm
ISBN : 978-602-241-163-5
B. PENDAHULUAN
Psikologi Perkembangan yaitu studi ilmiah perihal perubahan-perubahan pikiran dan sikap yang berkaitan dengan usia. Perkembangan yaitu proses sepanjang hidup; perubahan tidak berhenti ketika kita memasuki masa dewasa. Psikologi perkembangan mempunyai beberapa bidang terapan, termasuk psikologi pendidikan, psikologi klinik anak, psikologi forensik anak, dan juga melengkapi bidang-bidang utama lainnya dalam psikologi, termasuk perbedaan-perbedaan sosial, kognitif, dan individu.
C. ISI REVIEW
BAB I
TEMA, TEORI DAN TOKOH UTAMA DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
A. Tema-Tema Dalam Psikologi Perkembangan
Ada sejulmlah tema yang melintasi psikologi perkembangan. Tema-tema tersebut adalah:
1. Pengaruh bawaan versus lingkungan
2. Kontinuitas versus dekontuinitas
3. Periode-periode perkembangan krisit versus sensitif
4. Stabilitas versus perubahan
5. Peran individu dalam perkambangan
(Hal. 4)
B. Teori-Teori Perkembangan
1. Teori-teori psikodinamika
Para pendukung perspektif psikodinamika meyakini bahwa sikap dimotivasi oleh kekuatan-kekuatan, memori-memori, dan konflik-konflik dalam diri, dimana seseorang hanya mempunyai sedikit kesadaran atau kendali atasnya.
2. Teori-teori belajar
Perilaku merupakan respons yang dipelajari terhadap penguatan yang diberikan oleh lingkungan. Disebut berguru sosial oleh Albert Bandura, ini merupakan proses dimana seseorang memalsukan sikap yang diamati pada orang lain ketika tampak bahwa sikap tersebut mempunyai konsekuensi menguatkan dan mencegah sikap tersebut jikalau yang diamati yaitu hukuman.
3. Teori konstruktivitis dan kosntruktivitis sosial
Konsruktivisme beropini bahwa pembelajaran dan perkambangan terjadi ketika individu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Teori-teori konstruktivitis sosial merupakan varian perspektif yang menekankan imbas lingkungan sosial dan budaya pada perkembangan.
4. Model-model transaksional perkembangan
Model-model transaksional perkembangan juga mewakili suatu cara yang penting dalam menggambarkan saling imbas antara bawaan dan lingkungan dalam perkembangan. Model ini mewakili suatu gerakan penting yang menjauh dari isu-isu lantaran dan jawaban dalam kekerabatan orang dewasa/anak-anak dan keduanya berubah seiring berlanjutnya siklus interkasi tersebut.
(Hal. 9, 10, 11)
C. Tokoh-Tokoh Utama Dalam Psikologi Perkembangan
1. John B. Watson (1878-1958)
Watson mencetuskan pendekatan behavioris terhadap psikologi pada awal kala 20 dan mendorong studi objektif terhadap sikap yang sanggup diamati dan diukur. Ia meyakini bahwa sikap insan sanggup dipahami dalam kaitan dengan pengalaman dan pembelajaran, menolak pendekatan introspektif dari para teoritis final kala 19, yang mencoba memahami pengalaman mental internal berdasarkan laporan diri. Diyakini bahwa perkembangan jauh lebih kompleks daripada yang sanggup dijelaskan oleh behaviorisme, kendati penerapan gagasan-gagasan tersebut di masa sekarang masih sanggup ditemukan dalam analisis sikap terapan (ABA – Applied Behavioural Analysis), suatu jadwal intervensi yang kerap dipakai pada bawah umur dengan masalah-masalah sikap atau belajar.
2. Albert Bandura (1925-....)
Bandura meyakini teori-teori berguru sikap tidak memadai sebagai suatu kerangka kerja untuk memahami perkembangan manusia. Ia beropini bahwa banyak sikap insan dipelajari dengan cara mengamati sikap dan sikap-sikap orang lain dan menggunakannya sebagai teladan bagi sikap kita sendiri (teori berguru sosial). Teori berguru sosial disebut sebagai jembatan antara teori-teori behavioris dan berguru kognitif, lantaran teori tersebut meliputi atensi, memori, dan motivasi.
3. Sigmund Freud (1856-1939)
Freud paling dikenal dala psikologi perkembangan terkait model perkembangan psikoseksualnya yang kontroversial. Hanya sedikit psikolog yang sampaumur ini mendapatkan teori perkembangan ini sebagai teori yang akurat lantaran salah satu problem yaitu konsep-konsep menyerupai libido mustahil diukur dan karenanya tidak sanggup diuji secara ilmiah.konflik-konflik yang tidak terselesaikan pada setiap tahap mengakibatkan fiksasi dan individu akan tertahan pada tahap ini.
4. Erik Erikson (1904-1994)
Erikson yaitu seorang psikoanalis dan menyetujui banyak gagasan Freud. Meski demikian, ia memperlihatkan banyak pengutamaan pada aspek-aspek sosial. Ia juga meyakini bahwa perkembangan berlangsung sepanjang hidup, bukan sekedar pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak yang memilih kesehatan psikologis di masa dewasa. Setiap tahap dibangun atas dasar keberhasilan penuntasab tahap sebelumnya dan tantangan-tantangan dalam setiap tahap yang tidak di tuntaskan dengan baik kemungkinan akan mencul kembali berupa masalah-masalah di masa mendatang.
5. Jean Piage (1896-1980)
Piage yaitu salah satu psikolog perkembangan yang paling kuat pada kala 20. Teori tahap perkembangan kognitifnya merevolusi pandangan kita perihal pikiran dan berguru pada bawah umur dan menginspirasi lebih banyak penelitian di bandingkan seluruh psikolog perkembangan lainnya. Piaget pada awalnya tertarik pada karakteristik pengetahuan dan baagaimana pengetahuan sanggup dipandang sebagai suatu bentuk pembiasaan terhadap lingkungan, yang ia sebut epistemologi genetik.
6. Lev Vygotsky (1896-1934)
Seperti Piaget, Vygotsky meyakini bahwa bawah umur secara aktif membangun pengetahuan dunia mereka. Pada awalnya bawah umur mengikuti teladan dari orang dewasa, kemudian secara sedikit demi sedikit mengembangkan kemampuan melaksanakan tugas-tugas tanpa bantuan. Agar efektif, berguru harus terjadi dalam zona perkembangan proksimal (ZPD – Zone of Proximal Development). Tugas-tugas gres dihentikan terlalu sulit untuk dikuasai dengan sumbangan atau terlalu gampang sehingga bisa diselesaikan sendiri.
7. Urie Bronfenbrener (1917-2005)
Bronfenbrener mengembangkan teori sistem-sistem bioekologis, suatu model yang menyediakan kerangka kerja untuk mengamati aneka macam faktor yang memengaruhi perkembangan manusia. Model ini mengakui pentingnya faktor-faktor biologis bagi perkambnagan, namun juga menunjuk pada fakta-fakta bahwa lebih daripada semua spesies liannya, insan membuat lingkungan untuk membantu membentuk perkembangan mereka sendiri. Perkembagan selalu terjadi dalam konteks sosial tertentu dan konteks ini sanggup mengubah perkembangan, sehingga mestinya mungkin untuk membentuk lingkungan-lingkungan h=guna mengoptimalkan potensi genetik kita.
(Hal. 17 s/d 27)
BAB II
PERKEMBANGAN PRANATAL
A. Tahap-Tahap Perkembangan
1. Periode germinal terjadi pada pekan pertama sehabis pembuahan.
2. Periode embrionik terjadi dua hingga delapan pekan stelah pembuahan.
3. Periode fetal dimulai dua bulan sehabis pembuahan dan berlangsung rata-rata selama tujuh bulan.
4. Perkembangan otak dan syaraf mulai berkembang 18-24 hari sehabis pembuahan dengan pembentukan tuba di syaraf.
(Hal. 34 s/d 38)
B. Pengaruh-Pengaruh pada Perkembangan
1. Gen dan keturunan bagi ciri-ciri fisik menyerupai warna mata, tinggi badan, dan lain-lain. Demikian juga arti penting pewarisan sifat-sifat psikologis menyerupai intelegensi dan kepribadian.
2. Faktor-faktor lingkungan dianggap berdampak pada perkembangan manusia, termasuk budaya, status sosial-ekonomi, dan konteks keluarga.
3. Interaksi-interaksi gen-lingkungan terbukti mendukung kiprah keturunan dan lingkungan dalam perkembangan aneka macam fungsi psikologis, termasuk intelegensi dan kepribadian. Sama halnya yaitu mungkin bahwa seseorang individu mewarisi genotip tertentu yang membuatnya rentan mengalamai skizofrenia, namun apakah gangguan tersebut benar-benar akan di alami individu bersangkutan bergantung pada keberadaan pemicu-pemicu lingkungan (model diatesis-stres).
(Hal. 39 s/d 41)
C. Ancaman-ancaman bagi Perkembangan
1. Kesehatan maternal, penyakit di masa kehamilan sanggup mempunyai imbas merusak, bergantung pada waktunya. Contohnya, rubella pada ahad kesebelas kehamilan sanggup megakibatkan kebutaan, ketulian, cacat jantung, dan kerusakan otak kerana masa ini merupakan tahap kritis perkembangan organ namun penyakit ini bisa saja tidak menimbulkan dampak jangka panjang pada bayi dalam kandungan.
2. Usia maternal, penundaan kehamilan semakin umum di masyarakat barat dan ini sanggup meningkatkan resiko kesehatan ibu dan bayi. Resiko ini di perkirakan paling besar terjadi pada ibu berusia diatas 30 tahun dan juga terdapat risiko bagi bawah umur dari ibu berusia muda.
3. Stres maternal, emosional berat dalam kehamilan sanggup memengaruhi bayi dalam kandungan lantaran perubahan-perubahan fisiologis yang dialami ibu sanggup mempunyai konsekuensi pada aliran darah dalam rahim dan kadar oksigen yang tersedia.
4. Obat-obatan resep dan nonresep meliputi antibiotik-antibiotik tertentu, antikejang, antidepresan, dan hormon-hormon sintetik, termasuk obat nonresep yang berpotensi membahayakan menyerupai pil diet dan aspirin.
5. Obat-obatan ilegal yang mengandung kokain di masa kehamilan telah dikaitkan dengan berat, panjang badan, dan lingkar kepala bayi yang rendah ketika lahir, serta kelemahan neurologis dan kognitif dalam jangka lebih panjang, termasuk kelemahan perkembangan motorik pada usia dua tahun, hasrat dan pengaturan diri yang lebih rendah, keterangsangan tinggi dan refleks-refleks jelek pada usia satu bulan.
6. Alkohol yang tinggi secara konstan di masa kehamailan sanggup mengakibatkan sindrom alkohol janin , suatu kelainan ketaknormalan yang meliputi kelainan wajah, kerusakan anggota badan, gangguan-gangguan jantung, dan kelemahan kognitif.
7. Tembakau, pengonsumsian tembakau berupa rokok di masa kehamilan mengurangi kadar oksegen dan meningkatkan kadar karbon monoksida dalam darah ibu dan ini pada kesudahannya mengurangi jumlah oksigen yang tersedia bagi bayi dalam kandungan.
8. Bahaya-bahaya lingkungan mengakibatkan mutasi gen, ketaknormalan kromosom lebih tinggi pada bawah umur dengan ayah yang terpapar radiasi tingkat tinggi dalam pekerjaan mereka. Bahaya lian meliputi polutan menyerupai karbon monoksida, merkuri, pupuk, dan pestisida.
(Hal. 42 s/d 50)
D. Belajar di Masa Pranatal dan Perkembangan Kognitif
Bukti bagi berguru di masa pranatal dikaitkan dengan persepsi indera pendengaran bayi. Pendengaran berkembang pada sekitar usia kehamilan enam bulan dan telah diketahui dengan baik bahwa janin sanggup menyerap dan merespon suara, menyerupai bicara dan musik. Pengenalan dan preferensi terhadap bunyi ibu pada bayi-bayi gres lahir ditengarai merupakan respon yang dipelajari berdasarkan pengalaman pranatal. Berbagai studi penelitian juga menunjukka bahwa bayi yang gres lahir sanggup mengenali musik atau prosa yang telah di paparkan kepada mereka selama masih dalam kandungan, yang memperlihatkan perkembangan keterampilan kognitif menyerupai memori sebelum lahir.
(Hal. 51, 52)
BAB III
PERKEMBANGAN MOTORIK, SENSORI, DAN PERSEPTUAL
A. Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Keterampilan Motorik
1. Perkembangan keterampilan motorik kasar
Keterampilan motorik agresif melibatkan otot-otot besar tubuh dan meliputi fungsi-fungsi lokomotor menyerupai duduk tegak, berjalan, menendang, dan melempar bola yang bergantung pada kekerasan dan kekuatan otor serta berlanjut dari kepala ke bawa dan dari tengah ke arah luar.
2. Perkembangan keterampilan motorik halus
Keterampilan motorik halus melibatkan otot-otot kecil yang memungkinkan fungsi menggenggam dan memanipulasi objek-objek kecil menyerupai menggambar, menulis, dan mengenakan pakaian bergantung pada keterampilan-keterampilan motorik halus yang melibatkan kekuatan, pengendalian motorik halus dan kecekatan serta berkembang pesat pada yahun pertama usianya.
(Hal. 61 s/d 64)
B. Mempelajari persepsi bayi
1. Metode preferensi visual, bayi dibaringkan dalam sebuah kamar peengamatan dimana terdapat dua pajangan visual di atas kepala bayi. Jika bayi menatap salah satu stimuli lebih lama, maka dikatakan bahwa bayi memperlihatkan preferensi terhadap stimuli tersebut.
2. Habituasi dan dishabituasi, bayi beberapa kali diberi stimulus menyerupai gambar atau suara. Jika bayi mengurangi responnya terhadap stimulus tersebut sehabis beberapa kali penyajian, maka dikatakan bahwa bayi tidak lagi tertarik pada stimulus tersebut dan bayi telah mengalami habituasi. Jika suatu stimulus gres kemudian disajikan dan minat bayi kembali muncul, maka dikatakan bayi bisa membedakan antara stimulus usang dan gres yang di katakan dishabituasi.
3. Pembangkitan potensi dengan cara menempelkan elektroda pada kulit kepala bayi di atas pusat-pusat otak yang memproses informasi sensori yang berkaitan dengan minat. Jika bayi merespon stimulus yang diberikan, akan tampak suatu perubahan dalam gelombang orak atau pembangkit potensi, begitupun sebaliknya.
4. Metode pengisapan amplitudo tinggi, bayi diberi puting nonnutrisi atau tiruan untuk diisap, yang dihubungkan dengan sebuah proyektor transparansi atau pengeras suara. Setiap kali bayi mengisap lebih kaut daripada tingkat dasar, mereka memicu pengeras bunyi atau proyektor transparansi, yang kemudian menyajikan beberapa stimulus sensori. Setelah minat berkurang dan pengisapan kembali ke tingkat dasar, maka stimulus akan berhenti.
(Hal. 66 s/d 68)
C. Perkembangan persepsi visual
1. Kemampuan-kemampuan visual dikala lahir
Setelah lahir, bayi hanya sanggup terfokus pada objek sejauh 20 hingga 25 cm dari wajah mereka. Ketajaman mata terbatas, di perkirakan sekitar jarak 6 meter terlihat seolah jaraknya 600 183 meter lantaran penglihatan 20/20 belum dimiliki hingga usia sekitar 12 bulan.
2. Perkembangan persetual
Bayi-bayi lebih menyukai wajah yang menarik daripada wajah yang oleh orang-orang sampaumur dinilai kurang menarik dan imbas ini tampak pada bayi yang gres berusia 3 hari. Bayi dilahirkan dengan kemampuan untuk mengenali setiap wajah yang juga merupakan keterampilan penting bagi pembentukan kekerabatan awal dan kemampuan ini disempurnakan melalui pengalaman-pengalaman sehabis lahir.
(Hal. 69 s/d 71)
D. Persepsi pendengaran
Pendengaran berkembang sekitar usia 6 bulan dalam kandungan dan pada dikala lahir struktur-struktur anatomisnya lebih matang ketimbang sistem visual. Syaraf-syaraf indera pendengaran termielinasi sepenuhnya dikala lahir, namun menyerupai halnya pada korteks visual, interkonektivitas dalam jalur syaraf indera pendengaran belum tepat hingga mencapai usia remaja. Meski demikian, secara umum bukti yang ada memperlihatkan bahwa indera pendengaran bayi sangat canggih semenjak lahir.
(Hal. 73)
E. Persepsi lintas-moda
Persepsi perihal dunia biasanya melibatkan integrasi aneka macam moda persepsi (menggunakan penglihatan dan bunyi secara bersamaan). Bukti memperlihatkan bahwa bayi sanggup mengintegrasi bunyi dan penglihatan, namun bunyi dan penglihatan harus disinkronisasi. Pemprosesan lintas-moda meliputi penggunaan umpan balik dari gerakan serta penglihatan dan pendengaran.
(Hal. 74)
BAB IV
KELEKATAN DAN PEMBENTUKAN HUBUNGAN
A. Mengevaluasi Teori Kelekatan
Meski teori kelekatan tetap merupakan gagasan penting dalam studi perihal pembentukan kekerabatan awal, ada beberapa kritik terhadap pendekatan ini, terutama berkeitan dengan pendapat bahwa ibu harus menjadi pengasuh uatama anak. Para psikolog feminis keberatan dengan gagasan bahwa identitas perempuan dikatkan dengan pangasuhan anak dan meyakini bahwa ada harga mahal yang ahrus di bayar bagi sensitivitas maternal.
(Hal. 82 s/d 84)
B. Mengukur kelekatan di masa kanak-kanak
1. Perbedaan-perbedaan budaya dalam kelekatan
Di sebagian besar budaya, lebih banyak didominasi kelekatan mempunyai peringkat kuat, yang memperlihatkan bahwa hubungan-hubungan kelekatan mempunyai makna universal. Interpretasi alternatif yaitu bahwa apa yang digolongkan sebagai kelekatan kuat atau tidak kuat bervariasi dalam semua budaya dan meski kelekatan merupakan ciri universal kekerabatan insan namun makna kelekatan dan apa yang menjadi dasar kekerabatan yang sehat tidaklah universal.
2. Evaluasi terhadap metode SSP
Metode penjabaran SSP telah menjadi metodologi yang diterima di seluruh dunia untuk mengukur kelekatan lantaran teknik ini mempunyai hasil-hasil yang konsisten dan rehabilitasi yang baik. Metode SSP juga telah dikritik atas dasar etika, lantaran anak secara sengaja ditempatkan dalam kondisi stres melalui pemisahan maternal dan kecemasan terhadap orang asing.
(Hal. 87 s/d 91)
C. Mengukur Kelekatan di masa dewasa
Kelekatan pada orang sampaumur biasanya diukur dengan wawancara kelekatan orang sampaumur (AAI – Adult Attachment Interview) atau kuesioner lapor-diri. Fokus AAI adalahkelekatan terhadap orangtua di masa kanak-kanak dan remaja. Peserta wawancara ditanya mengenai kekerabatan masa kemudian dan sekarang dengan orangtua dan orang lain yang penting bginya, bagaimana berdasarkan mereka kekerabatan di masa kemudian memengaruhi kepribadian dan kekerabatan mereka dengan pasangan dikala ini dan/atau bawah umur mereka sendiri.
(Hal. 91, 92)
D. Hubungan-hubungan di masa kanak-kanak dan remaja
1. Pertemanan
Di masa kanak-kanak awal, sahabat di definisikan sebagai orang dengan siapa anda bermain atau melaksanakan acara lain bersama-sama. Pada pertengahan masa kanak-kanak, kekerabatan cenderung masih dengan orang-orang yang sama degan dirinya, sebagian lantaran bawah umur lebih mungkin untuk bersahabat atas dasar kesamaan menyerupai usia, status sosioekonomi, etnisitas, dan lain-lain. Pada final maa kanak-kanak, pertemanan menjadi lebih dekat, ditandai oleh rasa saling percaya yang kuat. Pertemanan secara sedikit demi sedikit menjadi lebih stabil di masa remaja, kecuali kekerabatan tersebut terganggu oleh transisi menyerupai pindah kelas atau sekolah.
2. Popularitas
Pupularitas atau status sosial yaitu problem utama bagi sebagian besar bawah umur usia sekolah atau remaja. Popularitas mendorong peningkatan kesempatan-kesempatan berinteraksi dengan orang lain yang pada kesudahannya mendorong peningkatan keterampilan-keterampilan sosial.
(Hal. 94 s/d 97)
BAB V
PERKEMBANGAN BAHASA
A. Kaidah-kaidah bahasa
1. Fonologi : sistem bunyi bahasa
2. Morfologi : mengatur bagaimana kata dibuat dalam suatu bahasa.
3. Sintaks : kata yang di kombinasikan sehingga membentuk kalimat.
4. Semantik : makna kata dan kalimat.
5. Pragmatik : sistem untuk pemggunakan percakapan yang sesuai.
(Hal. 106)
B. Tanda-tanda awal penguasaan bahasa
1. Belajar di masa pranatal
Belajar di masa pranatal diduga memengaruhi responsibilitas bayi terhadap wicara dan suara-suara yang pada kesudahannya menjadi pondasi bagi penguasaan bahasa di masa selanjutnya.
2. Fitur-fitur kekerabatan di usia dini dan perkembangan bahasa
o Wicara yang ditujukan bagi anak
o Penjalinan (meshing)
o Perilaku bergantian yang selaras
o Format-format atensi gabungan
o Vokalisasi bayi
(Hal. 106 s/d 109)
C. Tonggak-tonggak bahasa
1. Pemahaman
Sebagian besar bayi mulai memahami kata-kata pertama mereka ketika berusia 8 bulan, dan jumlah kata yang dipahami perlahan-lahan bertambah hingga usia sekitar 12 bulan dikala terjadi peningkatan mendadak dalam jumlah kosa kata. Pemahaman bahasa juga dimulai pada waktu yang sama dengan terjadinya perubahan dari hebat bahasa universal ke pendengar bahasa ini muncul.
2. Produksi
Produksi bahasa berkembang sehabis pemahaman bahasa. Bayi pengoceh yang kemampuannya berkembang lebih cepat sanggup mengucapkan kata pertamanya pada usia sembilan atau sepuluh bulan, namun banyak anak belum mengucapkan kata pertamanya hingga memasuki usia satu tahun.
3. Kesenjangan produksi/pemahaman
Salah satu lantaran terjadinya kesenjangan antara pemahaman dan produksi bahasa yaitu perubahan-perubahan anatomi kanal vokal yang penting bagi produksi aneka macam gerakan kompleks yang di perlukan bagi wicara. Saat lahir, kanal vokal bayi di rancang untuk memungkinkan gerakan kuat yang menyerupai mesin pengisap yang penting untuk mengisap.
(Hal. 112 s/d 115)
D. Teori-teori penguasaan bahasa
1. Behaviorisme menyatakan bahwa bahasa dipelajari melalui proses penguatan dan peniruan.
2. Nativisme beropini bahwa itu merupakan klarifikasi yang terlalu sederhana bagi sikap yang ada pada dasarnya merupakan sikap kompleks.
3. Pendekatan kontruktivis sosial mengacu pada fitur-fitur kekerabatan di usis dini tang dijabarkan di atas.
4. Teori sistem dinamik setuju bahwa konteks sosial berperan penting dalam perkembangan bahasa.
5. Teori berdasarkan penggunaan beropini bahwa esensi bahasa yaitu dimensi simboliknya, bukan kostruksi ketatabahasaannya.
6. Teori evolusioner menyampaikan bahwa bahasa yaitu kecakapan yang bersifat bawaan, meskipun merupakan kecakapan yang berkembang melalui seleksi alam sebagai pembiasaan bagi komunikasi.
(Hal. 117 s/d 120)
E. Bahasa dan pikiran
1. Bahasa bergantung pada perkembangan kognitif
Piaget mengklaim bahwa meski bahasa dan pikiran berkaitan erat, bahasa bergantung pada pikiran untuk perkembangannya. Bahasa tidak dimungkinkan hingga anak bisa berpikir simbolik, mereka harus memahami bahwa sesuatu sanggup mewakili sesuatu yang lain sebelum mereka sanggup memakai kata-kata untuk mewakili objek, insiden dan hubungan.
2. Bahasa membantu perkembangan kognitif
Operasi mental diyakini mewujud dalam struktur bahasa dan perkembangan kognitif dihasilkan dari internalisasi bahasa. Ketika diinternalisasi, berbicara sendiri tetap memandu tindakan-tindakan anak. Gagasan ini memperoleh dukungan melalui cara di mana penggunaan berbicara sendiri yang disengaja semakin intensif ketika bawah umur dihadapkan pada tugas-tugas yang semakin sulit.
(Hal. 122, 123)
BAB VI
BERMAIN
A. Apakah itu bermain ?
1. Definisi bermain
Bermain didefinisikan sebagai sikap yang bergantung pada konsekuensi-konsekuensi.
2. Teori-teori bermain
Teori energi berlebih menyatakan bahwa bermain bermula dari bertumpuknya energi berlebih dalam tubuh yang perlu disalurkan.
Teori rekapitulasi menyatakan bahwa kita bermain untuk mengulang tahap-tahap awal sejarah manusia.
Teori bermain psikoanalitik menekankan pentingnya bermain dalam kehidupan sosial dan emosional anak.
3. Fungsi bermain
o Kesejahteraan psikologis
o Perkembangan kognitif
o Perkembangan sosial dan emosional
(Hal. 130 s/d 134)
B. Jenis-jenis permainan
1. Permainan tanpa terokupasi
2. Permainan seorang diri
3. Permainan penonton
4. Permainan bersama
5. Permainan asosiatif
6. Permainan kerjasama
(Hal. 139)
C. Faktor-faktor yang memengaruhi bermain
1. Pengaruh-pengaruh keluarga
2. Jender
3. Umur
4. Faktor-faktor lain (mengalami keterlambatan, ditolak, dan terlalu populer)
(Hal. 143 s/d 145)
BAB VII
PERKEMBANGAN KOGNITIF
A. Teori Piaget
1. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)
Perkembangan bergantung pada tindakan bayi memakai indra-indra dan keterampilan-keterampilan motoriknya untuk menjelajahi dan berguru perihal dunia.
2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Anak-anak belum bisa melaksanakan operasi-operasi mental (tugas berfikir logis). Kendati awal kecerdikan sehat logis dan berpikir simbolik telah tampak terutama mendekati final tahap ini.
3. Tahap operasional positif (7-11 tahun)
Anak memahami operasi mental namun masih terbatas lantaran anak sanggup mengerti secara logis dan memahami kekerabatan kausal, mereka hanya sanggup melakukannya jikalau kecerdikan sehat tersebut dikaitkan dengan teladan positif spesifik.
4. Tahap operasional formal (11 tahun ke atas)
Pemikiran menjadi lebih logis pada tahap ini, kemampuan untuk melalukan kecerdikan sehat abnormal juga meningkat. Pemikiran remaja tidak lagi terikat pada contoh-contoh positif spesifik menyerupai pada masa kanak-kanak.
(Hal. 151 s/d 160)
B. Teori konstruktivitis sosial Vygotsky
Vygotsky meyakini bahwa bawah umur mengembangkan cara-cara berpikir perihal dunia yang secara kualitatif berbeda interaksi aktif dan termotivasi dengan lingkungan. Namun, ia meyakini bahwa perkembangan kognitif didasarkan pada interkasi-interaksi sosial, bukan penjelajahan individu terhadap lingkungan. Teori ini mempresentasikan perkembangan sebagai suatu proses magang di mana hebat (orang sampaumur atau individu lain yang lebih terampil) mengajarkan kepada pemula (anak) cara untuk berhasil. Seiring anak mengembangkan keahlian dalam tugas, anak beralih dari pengaturan oleh guru dan orang lain ke pengaturan diri.
(Hal. 161, 162)
C. Sekolah dan perkembangan kognitif
1. Peran sekolah
Di masyarakat Barat sekolah memperlihatkan konteks penting bgai perkembangan kognitif anak. Meski demikian, terdapat banyak perdebatan perihal cara terbaik sekolah dalam membantu perkembangan ini dan teori-teori Piaget dan Vygotsky telah memengaruhi metode-metode mengajar progresif termasuk:
o Pendekatan yang berpusat pada anak
o Belajar aktif
o Kesiapan belajar
o Belajar kooperatif dan kolaboratif.
Namun apakah sekolah penting bagi perkembangan keterampilan-keterampilan kognitif tingkat lanjut menyerupai berpikir hipotesis? Studi lintas budaya pada bawah umur yang tidak mengikuti sekolah formal memperlihatkan bahwa keterampilan-keterampilan kognitif berkembang pada tingkat yang berbeda dan mewujud dengan cara-cara berbeda, bergantung pada konteks di mana anak tinggal.
2. Belajar membaca dan menulis
Membaca dan menulis mungkin merupakan dua dari keterampilan-keterampilan yang paling signifikan yang dipelajari bawah umur di sekolah. Belajar membaca melibatkan penguasaan dan pengintegrasian sejumlah keterampilan yang berbeda. Strategi-strategi kognitif dan linguistik yang dipakai bawah umur untuk membaca sama dengan yang mereka gunakan untuk menulis. Namun, mereka juga membutuhkan keterampilan motorik halus yang sanggup berkembang melalui acara bermain yang melibatkan manipulasi objek.
(Hal. 166, 167)
BAB VIII
PERKEMBANGAN MORAL
A. Teori-teori perkambangan kognitif perihal kecerdikan sehat moral
1. Jean Piaget
Menurut Piaget, pemahaman perihal benar dan salah mencerminkan meningkatnya kecanggihan dalam proses berpikir anak. Anak di bawah usia lima tahun tidak mempunyai pemahaman perihal moralitas, sedangkan anak usia lma hingga tujuh tahun meyakini bahwa aturan dan keadilan tidak sanggup diubah dan berada di luar kendali kita. Mereka juga menilai apakah suatu tindakan benar atau salah berdasarkan konsekuensinya. Menurut Piaget, seiring anak berkembang menuju masa remaja mereka tidak lagi menilai benar dan salah berdasarkan lantaran namun menilainya berdasarkan niat.
2. Lawrence Kohlberg
Pada awalnya, anak melaksanakan penilaian benar atau salah hanya berdasarkan pada bagaimana tindakan akan memengaruhi mereka.seiring waktu mereka memahamai bahwa mereka mungkin perlu mempertimbangkan kebutuhan orang lain ketika memilih mana yang benar atau salah. Pada akhirnya, dipahami bahwa moralitas berafiliasi dengan sekumpulan standar dan prinsip yang menjelaskan hak-hak manusia, bukan kebutuhan individual.
(Hal. 177 s/d 181)
B. Teori wilayah
Turiel (1983) beropini bahwa konsep-konsep moralitas dan kesepakatan sosial anak berkembang berdasarkan pemahaman bahwa tindakan atau sikap tertentu pada hakikatnya berbahaya dan lantaran itu berbeda dari tindakan-tindakan lain yang hanya mempunyai konsekuensi-konsekuensi sosial.
(Hal. 183)
C. Eksekusi prososial
Merupakan pemikiran yang dipakai untuk memutuskan apakah harus terlibat dalam perilaku-perilaku prososial atau tidak, dengan kata lain membuatkan atauu membantu orang lain bila sikap tersebut sanggup merugikan diri sendiri.
(Hal.184)
D. Teori pemikiran (TOM – theory of mind)
Merupakan pemahaman bahwa orang lain sanggup mempunyai kondisi-kondisi mental yang bebeda dengan kita yaitu pikiran pengetahuan, hasrat, perasaan, dan keyakinan yang berbeda-beda.
(Hal. 185)
BAB IX
DIRI, JENDER, DAN PERKEMBANGAN IDENTITAS
A. Mendefinisikan dan menjabarkan diri
Arti penting area-area identitas pribadi kita ini sanggup berubah sesuai waktu dan tempat. Identitas intelektual, misalnya sanggup dirasakan lebih kuat selama masa sekolah, agama sanggup menjadi potongan penting identitas seseorang individu di rumah, namun tidak di kawasan kerja.
Rasa identitas kita yang sedang berkembang dianggap mengikuti suatu urutan perkembangan di anak usia dini mendefinisikan diri mereka dengan karakteristik yang konkret, sedangkan remaja semakin mendefinisikan diri mereka dengan karakteristik yang lebih abnormal dan internal.
(Hal. 194, 195)
B. Perkembangan identitas dini
Salah satu aspek utama identitas yang berkembang semenjak dini di masa kanak-kanak yaitu jender. Secara umum disepakati bhwa identitas ini dipengaruhi oleh pemahaman perihal peran-peran sosial. Respon-respon sosial terhadap biologis, bersama dengan perbedaan-perbedaan sikap yang disebabkan oleh hormon, menyiapkan skenario bagi perkembangan kognitif dan emosional kelak. Sekali lagi, ciri-ciri biologis, sosial, dan emosional dunia anak bekerja sama untuk memilih perkembangan anak.
(Hal. 197 s/d 202)
C. Perkembangan identitas di masa remaja
Keyakinan Erikson bahwa masa remaja merupakan masa krisis identitas telah mendominasi teori-teori kala 20 perihal perkembangan remaja. Pandangan perihal masa remaja, sebagai periode hiruk-pikuk, penuh kekacauan dan kebimbangan yang disebabkan oleh perubahan-perubahaan hormonal dan krisis-krisis identitas, mengulang apa yang dikatakan para teoris psikodinamika lainnya menyerupai Anna Freud (1985). Hormon yang memicu pertumbuhan dan perkambanganseksual di masa remaja yang juga dianggap berkonstribusi pada perkembangan psikologis yang terjadi dalam periode ini, termasuk pembentukan identitas.
Harga diri yaitu aspek lain identitas kita yang penting bagi perkembangan remaja. Harga diri yaitu perasaan keberanian diri kita, suatu penilaian yang kita buat perihal seberapa “hebat” diri kita. Dengan demikian, dalam banyak rasa identitas remaja yang sedang berkembang ini sanggup di pandang sebagai langkah penting dalam perjalanan menuju kemandirian sebagai orang dewasa.
(Hal. 205 s/d 209)
BAB X
MASA DEWASA
A. Persiapan masa dewasa
Semakin diakui bahwa ke masa sampaumur merupakan titik kritis salam perjalanan hidup (Arnett, 2000; 2006). Memasuki bukan hanya perihal kematangan fisik atau mencapai umur kronogis tertentu. Biasanya ini berarti menjadi sanggup berdiri diatas kaki sendiri secara ekonomi dan psikologis. Karena itu, titik di mana orang muda memasuki masa sampaumur di tentukan oleh pilihan-pilihan menyerupai harus melanjutkan ke perguruan atau universitas atau tidak, serta perbedaan-perbedaan individual dalam perkembangan psikologis.
(Hal. 218)
B. Perubahan-perubahan biologis dan fisik di masa dewasa
1. Fisik
2. Penuaan
3. Penuaan fisik
4. Kesehatan fisik
(Hal. 220 s/d 224)
C. Perubahan-perubahan kognitif di masa dewasa
1. Berpikir pascaformal
2. Penuaan dan keterampilan-keterampilan kognitif
3. Bahasa dan memori
4. Penuaan dan otak
5. Demensia
(Hal. 225 s/d 232)
BAB XI
KEMATIAN, SEKARAT, DAN KEHILANGAN
A. Mendefinisikan kematian
1. Kematian biologis
Kematian sulit didefinisikan lantaran bukan merupakan insiden tunggal namun suatu proses. Sistem-sistem tubuh yang berbeda mengalami janjkematian pada tingkat yang berbeda-beda. Sebelumnya, janjkematian didefinisikan sebagai kondisi di mana tidak ada lagi detak jantung/denyut nadi atau tidak lagi bernapas. Meski demikian, beberapa individu yang tidak lagi mempunyai denyut nadi atau tidak lagi bernapas sekarang sanggup dipulihkan sebelum otak.
2. Makna-makna sosial kematian
Sebagaimana disampaikan Kellehear, janjkematian yaitu proses psikologis dan sosial, serta bilogis. Makna sosial yang dilekatkan pada janjkematian telah berubah sepanjang perjalanan sejarah (Aries, 1981). Berbeda dengan kala pertengahan, ketika individu didorong untuk mendapatkan janjkematian mereka sendiri dan bersiap menghadapi janjkematian dengan bermartabat, masyarakat Barat sekarang menyangkal kematian.
(Hal. 244 s/d 246)
B. Perawatan final hidup
1. Perawatan di rumah rawat
Istilah “rumah rawat” berakar dari gagasan memperlihatkan “keramahtamahan”, menyerupai rumah singgah atau kawasan beristirahat, untuk para musafir yang yang sakit dan letih.
2. Komunitas welas asih
Komunitas welas asih yaitu suatu gerakan di Inggris yang meyakini bahwa kebutuhan-kebutuhan khusus orang-orang yang menderita penyakit mematikan dam mereka yang mengalami kehilangan harus dipenuhi melalui suatu komunitas supportif ketimbang melalui penyediaan layanan tersentralisasi.
(Hal. 247, 248)
C. Kematian, sedih cita, dan kehilangan
Kehilangan yaitu kehilangan lantaran janjkematian orang-orang yang dicintai sanggup terjadi di semua tahap kehidupan. Duka cita yaitu respons emosional terhadap kehilangan. Ekspresi sedih cita yang sanggup diamati yaitu berkabung. Kematian yaitu potongan normal dari kehidupan, namun sanggup berisiko tinggi jikalau tidak ada dukungan yang tersedia.
(Hal. 249)
D. Kualitas hidup dan hak untuk mati
Secara normal kualitas hidup dinilai oleh individu sendiri, lantaran kualitas hidup ditentukan oleh pengalaman-pengalaman subjektif, kondisi, dan persepsi kita (Burckhardt dan Anderson, 2003)
(Hal. 258 s/d 260)
KESIMPULAN
Psikologi perkembangan yaitu studi ilmiah perihal perubahan-perubahan pikiran dan sikap yang berkaitan dengan usia. Perkembangan yaitu proses sepanjang hidup, perubahan tidak berhenti ketika kita memasuki masa dewasa.
Psikologi perkembangan mempunyai beberapa bidang terapan, termasuk psikologi pendidikan, psikologi klinis anak, psikologi forensik anak, dan juga melengkapi bidang-bidang utama lainnya dalam psikologi, termasuk perbedaan-perbedaan sosial, kognitif, dan individu.
Perkembangan yaitu suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif baik dari fungsi fisik maupun mental.
Perkembangan anak penting dijadikan perhatian khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mensugesti kehidupan mereka pada masa mendatang