Manajemen Resiko Dalam Trading Forex
Bisnis forex sama dengan bisnis lainnya di dunia faktual yang tidak hanya menjanjikan keuntungan, tetapi juga resiko kerugian. Seorang manajer sebuah perusahaan tentu menyadari adanya resiko sehingga mereka juga mempunyai kiat-kiat untuk mengatur resiko tersebut sehingga sanggup diminimalisir. Demikian pula dalam trading forex, Anda yakni manajernya sehingga Anda juga yang harus mengelola risiko tersebut sehingga tidak berlarut-larut menanggung risiko justru memperoleh profit dari pengelolaan risiko tersebut. Oleh alasannya itu, keterampilan mengelola risiko termasuk salah satu faktor penting dalam mencapai kesuksesan di forex. Mengelola resiko trading sering disebut administrasi resiko, yaitu perjuangan meminimalkan resiko (kerugian) biar sanggup dicapai laba yang besar. Dalam administrasi resiko, kita berarti yang mengontrol segala transaksi dalam trading forex. Oleh alasannya itu, jangan terjadi kita kehilangan uang alasannya tidak sanggup mengontrol keuangan tersebut.
Jadi, dalam melaksanakan trading forex tidak hanya butuh pengetahuan dan keterampilan ihwal seni administrasi forex tetapi juga harus sanggup mengelola keuangan dan resiko dalam trading. Karena resiko yakni bab dari trading itu sendiri. Seorang trader yang telah menyadari adanya resiko tentu akan lebih berhati-hati dalam setiap membuka posisi, tidak asal OP, alasannya setiap OP berarti harus siap kehilangan uang. Kenyataan tersebut berlaku pada siapa saja, tidak peduli Anda seorang trader senior atau pemula. Oleh alasannya itu, seorang trader profesional biasanya tidak sembarangan OP, menunggu moment yang sempurna biar dihasilkan sinyal trading yang valid kemudian gres masuk pasar. Jika ternyata sesudah melalui analisa yang akurat ternyata dalam perjalanannya harga berlawanan dengan OP yang telah kita buka maka kita harus sanggup mengelola kerugian tersebut dengan banyak sekali cara.
Bagaimana cara mengelola resiko (kerugian) dalam trading forex?
Ada tiga cara mengelola resiko trading antara lain:
1. Cut Loss
Cut loss merupakan cara memperkecil kerugian sesudah mengetahui bahwa harga berlawanan arah dengan order yang dibuka. Jika diteruskan posisi terbuka maka kerugian akan makin bertambah sehingga sanggup menjadikan kehilangan uang (MC). Oleh alasannya itu, kita segera melaksanakan cut loss biar tidak mengalami kerugian terlalu besar.
Proses cut loss sanggup digambarkan sebagai berikut:
Cut Loss |
2. Switching
Switching yakni menutup posisi yang rugi, kemudian segera membuka order sesuai arah pergerakan dikala itu. Tujuannya yakni untu memulihkan modal yang telah merugi tadi sehingga balik modal atau bahkan mendapat profit. Misalnya, kita buka posisi BUY, tetapi sesudah beberapa jam, ternyata harga tidak sesuai dengan order kita sehingga kita mengalami kerugian sampai 500 pips. Kita segera menutup order tersebut dan segera membuka order gres yaitu SELL. Posisi kita searah dengan pergerakan harga dikala itu sampai mencapai 900 pips. Sehingga hasil kesudahannya tidak hanya balik modal tetapi kita juga mendapat laba alasannya nilai profit lebih besar daripada nilai loss.
Lihat ilustrasinya sebagai berikut:
Switching |
3. Averaging
Averaging (disebut juga cost averaging) yakni membuka posisi lebih dari satu yang mana posisi-posisi tersebut berlawanan arah dengan pergerakan harga dikala itu. Prinsip dasar dari teknik averaging yakni pasar mustahil bergerak ke satu arah saja selamanya. Cara averaging merupakan cara trading yang melawan arah pasar. Oleh alasannya itu dalam teknik ini diharapkan modal besar biar margin yang kita gunakan besar lengan berkuasa menahan floating. Misalnya, kita ambil posisi BUY, ternyata tidak ke atas tetapi turun ke bawah sehingga kita mengalami floating sampai 500 pips. Pada posisi minus 500 pips kita buka lagi posisi BUY dengan lot yang sama dengan order pertama. Jadi, sudah ada dua posisi BUY yang terbuka. Tetapi ternyata harga turun lagi sampai 700 pips. Sehingga dua posisi terbuka tersebut kita rugi 1200 pips. Pada posisi tersebut kita menganalisa bahwa akan ada pembalikan harga sehingga kita buka posisi BUY lagi dengan lot yang sama. Dan ternyata benar, harga pasar ternyata naik sehingga posisi ke tiga searah dengan harga pasar. Order ke tiga sudah profit 700 pips, maka order ke-2 sudah mencapai 0 pips (impas) sedangkan order ke-1 masih loss 500 pips. Kemudian kita buka posisi lagi dengan order BUY (order ke-4) dan dalam perjalanannya, harga terus naik sampai sejajar dengan order ke-1. Maka kita telah mendapat profit 700 pips (order ke-3) dan 500 pips (order ke-4) kemudian kita tutup perdagangan. Berarti kita sudah mendapat profit 1200 pips.
Untuk lebih jelasnya silakan amati gambar berikut:
Averaging |
Macam-macam teknik Averaging:
a. Pyramiding
Teknik pyramiding berlawanan dengan teknik cost averaging. Jika teknik cost averaging membuka beberapa posisi yang berlawanan arah dengan harga market (membuka posisi pada posisi rugi), maka teknik pyramiding justru membuka posisi pada dikala profit. Teknik pyramiding ini sangat cocok untuk keadaan pasar sedang trending. Dengan teknik pyramiding ini maka laba menjadi berlipat-lipat.
Untuk lebih jelasnya silakan simak gambaran berikut:
Pyramiding |
b. Martingale
Teknik martingale merupakan teknik yang lebih ekstrem daripada teknik averaging. Teknik ini dilakukan dengan membuka posisi pada dikala mengalami kerugian (berlawanan arah) tetapi juga dengan melipat gandakan lot. Misalnya, kalau pada order pertama menggunakan lot 0,01 maka pada order kedua menggunakan lot 0,02, order ketiga menggunakan lot 0,04, dan seterusnya. Teknik martingale ini sesuai dengan kondisi pasar sideways, kalau pasar sedang trending maka teknik ini akan berbahaya, alasannya akan terfloating sampai sangat tinggi, bahkan akan terkena MC.
Berikut citra teknik martingale:
Margingale |
c. Anti Martingale
Teknik Anti Martingale merupakan teknik yang melipatgandakan lot pada setiap keuntungan. Teknik anti martingale ini cocok untuk keadaan pasar yang sedang trending.
Berikut citra teknik anti martingale
Anti Martingale |
Teknik averaging dan banyak sekali variannya membutuhkan modal yang besar, oleh alasannya itu kalau kita hanya mempunyai modal yang kecil jangan menggunakan cara tersebut, alasannya tentu membutuhkan ketahanan margin yang kuat.